Posted in

Bali – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

## Bali: Pulau Dewata, Surga Pariwisata Indonesia yang Kaya Budaya dan Sejarah

Bali, provinsi terindah di Indonesia, terletak di bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara, tepat di sebelah timur Pulau Jawa. Dengan ibu kota Denpasar, pulau ini memikat hati jutaan wisatawan setiap tahunnya, tak heran jika Bali dikenal dengan julukan “Pulau Dewata” dan “Pulau Seribu Pura,” mencerminkan keindahan alamnya yang memesona dan kekayaan budaya spiritualnya yang mendalam. Populasi Bali terus berkembang, mencapai 4.375.263 jiwa pada akhir tahun 2024, dengan kepadatan penduduk sekitar 747 jiwa per kilometer persegi. Keindahan alam dan budayanya yang kaya telah menjadikan Bali sebagai destinasi wisata unggulan di dunia, khususnya bagi wisatawan dari Jepang dan Australia.

**Sejarah Peradaban dan Kerajaan di Pulau Bali:**

Jejak peradaban di Bali terbentang jauh ke masa lampau. Sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, penduduk Austronesia yang bermigrasi dari Taiwan telah mendiami pulau ini, membawa serta budaya dan bahasa mereka yang masih memiliki hubungan erat dengan masyarakat di Nusantara, Malaysia, Brunei, Filipina, dan Oseania. Bukti arkeologis berupa peralatan batu dari zaman tersebut telah ditemukan di dekat Desa Cekik, Bali Barat.

Kehidupan keagamaan di Bali kuno sangat kaya dan kompleks. Sembilan sekte Hindu, termasuk Siwaisme Pasupata, Bhairawa, Siwa Shidanta, Vaishnava, Bodha, Brahma, Resi, Sora, dan Ganapatya, berkembang dan masing-masing memuja dewa tertentu sebagai Tuhan pribadinya. Prasasti dari abad ke-9 Masehi, meskipun awalnya tidak menyebutkan nama raja, menunjukan kemandirian Bali dengan dialeknya yang khas, serta koeksistensi Buddhisme dan Siwaisme. Pernikahan antara cicit perempuan Mpu Sindok dari Jawa, Mahendradatta, dengan Raja Bali Udayana Warmadewa sekitar tahun 989 Masehi, menandai babak baru dalam sejarah Bali, memperkaya budaya dan agama Hindu di pulau ini dengan pengaruh Jawa. Berbagai dinasti kerajaan Hindu kemudian bergantian memimpin Bali, membentuk identitas nasional dan memicu perkembangan pesat dalam bidang seni, budaya, dan ekonomi.

Pengaruh budaya India dan Cina juga sangat kentara dalam perkembangan budaya Bali. Nama “Bali Dwipa” (“Pulau Bali”) telah tercatat dalam berbagai prasasti, termasuk Prasasti Pilar Blanjong yang dibuat oleh Sri Kesari Warmadewa pada tahun 914 Masehi. Pada masa ini, sistem irigasi subak yang canggih dikembangkan untuk pertanian padi, sebuah sistem yang hingga kini masih dipraktekkan dan menjadi warisan budaya yang luar biasa.

**Kontak dengan Bangsa Eropa dan Masa Kolonial:**

Kontak pertama Bali dengan bangsa Eropa tercatat pada tahun 1512, ketika ekspedisi Portugis pimpinan Antonio Abreu dan Francisco Serrão melihat pantai utara pulau ini. Kedatangan Portugis disusul oleh Belanda, yang mulai memperluas pengaruhnya di Bali pada abad ke-19. Belanda memanfaatkan pertikaian antar kerajaan di Bali untuk memperkuat kendali politik dan ekonomi mereka. Puncaknya adalah peristiwa Puputan, aksi bunuh diri massal oleh bangsawan dan rakyat Bali di Sanur dan Klungkung pada tahun 1906 sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Alfred Russel Wallace, naturalis ternama, mengunjungi Bali pada tahun 1860 dan terkesan oleh keindahan alam dan sistem irigasi Bali yang unik. Pengalamannya di Bali turut berkontribusi dalam pengembangan teori Garis Wallace, batas biogeografis antara wilayah fauna Asia dan Australasia.

Pada masa penjajahan Jepang selama Perang Dunia II, Bali diduduki oleh Tentara Kekaisaran Jepang, meskipun awalnya bukan target utama. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai melakukan perlawanan terhadap pendudukan Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia, Bali menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur sebelum akhirnya menjadi provinsi pada tahun 1958.

**Perkembangan Bali di Era Kemerdekaan:**

Letusan Gunung Agung pada tahun 1963 dan peristiwa politik tahun 1965-1966 meninggalkan dampak signifikan pada Bali. Peristiwa-peristiwa ini turut membentuk lanskap sosial dan politik Bali hingga saat ini. Meskipun demikian, sektor pariwisata yang berkembang pesat di era Orde Baru membawa kemajuan ekonomi dan peningkatan taraf hidup masyarakat Bali.

Serangan teroris pada tahun 2002 dan 2005 di Kuta sempat mengganggu sektor pariwisata, tetapi Bali mampu bangkit dan kembali menjadi destinasi wisata favorit dunia. Letusan Gunung Agung pada tahun 2017 juga menjadi tantangan, tetapi Bali membuktikan ketangguhannya dalam menghadapi bencana alam. Penyelenggaraan KTT G20 di Bali pada tahun 2022 menunjukan peran penting Bali dalam kancah internasional.

**Keindahan Alam dan Keanekaragaman Hayati:**

Bali memiliki lanskap yang beragam, dari pegunungan yang menjulang tinggi dengan puncaknya Gunung Agung (3.148 m) dan Gunung Batur, hingga pantai-pantai yang indah di selatan dan dataran rendah yang subur di utara. Keberadaan pegunungan membagi Bali menjadi dua wilayah yang berbeda: Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas. Pulau ini juga memiliki empat danau yang terletak di daerah pegunungan, yaitu Danau Beratan, Buyan, Tamblingan, dan Batur.

Keanekaragaman hayati Bali sangat kaya. Letaknya di sebelah barat Garis Wallacea menjadikan Bali memiliki fauna yang bercirikan Asia dengan sedikit pengaruh Australasia. Bali memiliki berbagai spesies burung, mamalia, reptil, dan biota laut yang beragam, termasuk spesies endemik dan yang terancam punah. Terumbu karang yang kaya di sekitar pulau ini menjadi habitat bagi berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya.

**Budaya dan Pariwisata Bali:**

Bali terkenal dengan kekayaan budaya dan seninya yang unik. Sistem subak, seni tari (seperti Kecak dan Pendet), musik gamelan, upacara keagamaan, dan arsitektur tradisional merupakan daya tarik utama bagi wisatawan. Ubud, sebagai pusat seni dan budaya, menjadi destinasi favorit bagi pecinta seni. Pantai-pantai indah seperti Kuta, Seminyak, Nusa Dua, dan Sanur menjadi tujuan utama wisatawan yang menikmati keindahan pantai. Selain itu, terdapat juga berbagai tempat wisata alam lain seperti Pura Tanah Lot, Danau Beratan, dan Uluwatu.

Bahasa yang digunakan di Bali adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Bali, dan Bahasa Inggris (khususnya di sektor pariwisata). Bahasa Bali sendiri memiliki beberapa dialek, yaitu dialek Bali Aga dan Bali Dataran. Masyarakat Bali juga memiliki sistem tingkatan bahasa (sor singgih) yang mencerminkan sistem kasta tradisional.

**Ekonomi dan Infrastruktur Bali:**

Pariwisata menjadi tulang punggung perekonomian Bali, meskipun pertanian dan perikanan masih berperan penting. Bali memiliki infrastruktur yang cukup baik, terutama di daerah tujuan wisata. Jaringan jalan yang memadai menghubungkan berbagai tempat wisata, meskipun ketersediaan transportasi umum masih perlu ditingkatkan. Pelabuhan Gilimanuk menghubungkan Bali dengan Jawa, sementara Bandara Internasional Ngurah Rai melayani penerbangan domestik dan internasional.

Bali terus berkembang sebagai destinasi wisata kelas dunia, dengan perpaduan harmonis antara keindahan alam, kekayaan budaya, dan keramahan penduduknya. Meskipun menghadapi tantangan seperti pengelolaan sampah dan dampak perubahan iklim, Bali tetap menjadi destinasi yang tak tergantikan di hati para wisatawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *